Setelah melewati jalan berkelok di perbukitan, seketika terkuaklah pemandangan menakjubkan ketika kendaraan itu melewati jalan di pinggir danau, dimana cahaya langit selepas subuh samar menerangi kabut yang menggantung diatas permukaan danau yang sehalus kaca. Pemandangan ini sontak membelalakkan mata seorang anak lelaki kecil yang sebelumnya terkantuk-kantuk selama perjalanan panjang itu.
Begitu terkesannya ia dengan pemandangan yang dilihatnya, sehingga sampai kini ia masih mampu mengingat setiap detail yang terekam dalam ingatannya. Inilah yang menjadikannya ingin kembali ke danau tersebut sebagai sebuah janji pada diri sendiri untuk dipenuhi suatu saat kelak.
Puluhan tahun sesudahnya, di suatu malam di kota Sungai Penuh, sang bocah yang kini telah dewasa berniat untuk memotret pemandangan yang pernah dilihatnya itu. Disiapkannya diri untuk berangkat selepas shalat subuh, apalagi setelah sanak familinya disana bersedia mengantarkannya ke tempat yang pernah dilintasinya tersebut.
Dengan harapan akan terpenuhinya sebuah janji, tidurlah ia setelah sebelumnya meneguk segelas teh telur...
Big mistake. Setelah tidur sejenak, di tengah malam ia terbangun dan tak bisa memejamkan mata kembali hingga usai shalat subuh dimana tiba-tiba kantuknya datang kembali.
Kesiangan! :|
Meskipun matahari baru terbit dari balik perbukitan ketika ia dan saudara-saudaranya mencapai tepian danau, namun kabut telah menghilang. Jadilah ia mencukupkan diri dengan apa yang ada:
Panorama danau Kerinci. |
"Next time... Next time..."
But all is not lost. Meskipun tidak seperti yang diharapkan pada awalnya, tapi sepanjang perjalanan mengelilingi danau itu, ia mendapati banyak hal-hal lain yang menarik untuk diabadikan seperti tujuh burung Kuntul yang bertengger pada batang-batang bambu yang ditancapkan di dasar danau:
Tujuh Kuntul di danau Kerinci. |
In Flight |
Kemudian pandangannya diarahkan kembali ke tempat semula, dimana kini seorang penduduk setempat dengan perahu kayuhnya melintas diantara batang-batang bambu dimana burung-burung itu bertengger sebelumnya:
Row, row, row your boat... :p |
Untuk mengunjunginya, ia harus melewati gerbang pagar yang bertuliskan nama masjid tersebut:
Gerbang masuk. Atap ruang utama masjid bisa terlihat sebagian disini. |
Tempelan keramik dengan motif kincir angin Belanda. |
Menara masjid Keramat, masih dalam bentuk aslinya. |
Beranda masjid, sayangnya saat itu masjid sedang ditutup. |
Sudut lain beranda masjid. |
Beranda, tampak dari samping. |
Dan juga detail bangunan utama yang tampak dari luar berupa ukiran-ukiran dalam warna-warni yang cerah:
Detail eksterior. |
Dari sana, ia diajak untuk mengunjungi beberapa sanak famili lainnya, untuk memperkenalkan diri, bertegur sapa dan berbincang-bincang hingga sore menjelang.
Another day full of nice experiences. Betapa satu hari lagi yang penuh dengan pengalaman menarik, pikirnya. Tak hanya ia mendapatkan banyak foto-foto yang cukup bagus baginya, namun ia pun jadi mengenal lebih banyak lagi saudara-saudara yang selama ini belum diketahuinya.
Sebagai penutup hari itu, sebelum matahari terbenam, disempatkannya memotret pemandangan sawah di lembah Kerinci dengan teknik HDR yang menjadi kesukaannya:
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar