Selasa, 02 Agustus 2011

20 tahun dan 1500 mil kemudian... (V)

Inilah biang kerok yang membuat saya tidak bisa tidur seperti telah diceritakan sebelumnya:

I should've known better...
Teh telur, atau teh talua menurut bahasa setempat. Disajikan hangat dan berkhasiat menghilangkan capek-capek, menyegarkan badan, menjadi teman bergadang, menghilangkan gundah dan membuat anda kesiangan [citation needed].

Karena keampuhannya itu, saya lalu disarankan untuk lain kali meminum teh telur ini setelah beristirahat - bukannya menjelang tidur - dimana khasiatnya bisa lebih menunjang aktivitas keseharian saya. Katanya.

Masih berhubungan soal minuman, tapi dari skala suhu yang berbeda, perkenalkan: jus terong perus.

Freshness guaranteed!
Rasanya agak mirip jus tomat tapi dengan derajat keasaman yang berbeda. Disajikan dingin, sangat cocok untuk pelepas dahaga setelah sepanjang siang beraktivitas, apalagi seperti saat-saat ini ketika sedang menjalankan ibadah pua...

Err, ya begitulah. Ini buah terong perus yang di mata saya tidak ada kesamaannya dengan terong biasa:

Kecil-kecil seperti granat. Berani mencoba?
Mengenai makanan, tak banyak yang saya abadikan lewat kamera. Disini mungkin bisa dikatakan bahwa menu makanan-makanan berat sebagai santapan utama kurang lebih sama dengan apa yang bisa anda temui di rumah makan Padang umumnya.

I told ya.
Tapi setidaknya ada satu kegiatan - yang menurut saya unik - yang selalu ada setiap kali saya datang ke Kerinci: Memanggang Lemang.

Panggang Lemang di bawah terik matahari = panas kuadrat.
Beras ketan dibungkus dalam daun pisang yang dimasak (dipanggang) dalam tabung bambu. Rasanya seperti... Lemang.

Setelah selesai dipanggang, bambunya dibelah.
Bisa dimakan begitu saja, atau dengan kari, dengan tapai ketan hitam, abon atau dengan pisang...

...setelah dipotong-potong dulu sebelumnya.

Silahkan, masih hangat... :D


***


Jelang hari-hari terakhir disana, saya kembali diajak berziarah. Kali ini ke makam leluhur yang lebih lama lagi seperti makam Datuk Singarapi Putih yang meninggal pada abad 16.



Dan makam Syekh Samilullah di sebelahnya yang membawa ajaran agama Islam ke Kerinci pada abad ke 14 dan meninggal di abad 15.



Dengan peringatan seperti ini yang tertempel di dinding makam beliau:


Dimana-mana masih saja ada orang-orang yang menganggap pekuburan yang dikeramatkan sebagai tempat untuk meminta berkah... :|

(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar