Sabtu, 13 Agustus 2011

Tentang konsep...

Taking pictures or making pictures?

Suatu waktu dahulu kala, saya ingat pernah membaca kalimat seperti itu di sebuah majalah fotografi terbitan luar negeri. Sepenggal kalimat tanya yang menggelitik, apalagi di masa itu dimana saya baru mulai belajar memotret.

Apa bedanya antara "mengambil foto" dengan "membuat foto"?

Pertanyaan ini selama bertahun-tahun timbul dan tenggelam di dalam benak saya. Menjadikan diri saya seolah terobsesi untuk mencari tahu, bertanya dan bertukar pikiran, sampai akhirnya saya merasa cukup percaya diri untuk mencoba memformulasikan sebuah "jawaban" yang saya rasa cukup menjelaskan bagi diri saya sekarang ini:

"Konsep."

***

Mari kita lihat bidang arsitektur dan teknik sipil sebagai contoh. Dimulai dari profesi arsitek, satu profesi yang bertanggung jawab untuk merancang bangunan, mulai dari garasi hingga Burj Khalifa. Kemudian ada pula profesi insinyur teknik yang memungkinkan terwujudnya suatu rancangan bangunan itu menjadi sebuah karya nyata.

Berangkat dari sebuah gagasan, imajinasi atau khayalan mengenai suatu bangunan yang megah yang dikonkritkan dalam sebuah rancangan melalui tangan-tangan seorang insinyur. Setelah memperhitungkan segala faktor yang mungkin bisa mempengaruhi kekuatan bangunan tersebut, melakukan riset untuk meneliti kepadatan tanah, kekuatan dan arah angin dan lain sebagainya. Dengan semua pertimbangan-pertimbangan tadi, jadilah sebuah rencana. Sebuah masterplan.

Sebuah konsep.

Tapi sebuah konsep bangunan tidak akan menjadi nyata bila tidak ada pengetahuan know-how dalam membangunnya. Disinilah dimana peran seorang insinyur diperlukan karena dengan pengetahuan dan pengalamannya, ia mampu mewujudkan gagasan konkrit dalam bentuk konsep tadi menjadi sebuah bentuk dan fungsi yang sama dengan yang dirancang oleh sang arsitek.

Dialah yang bertanggung jawab mengawasi seberapa dalam pilar-pilar fondasi harus ditancapkan, jenis dan kekentalan campuran beton yang harus dipakai, batang-batang baja dan pengelasannya untuk menjadi tulang bangunan, ketebalan kaca-kaca yang dipakai untuk dinding-dindingnya dan seterusnya.

Begitulah, hingga akhirnya bangunan tersebut selesai dibuat dan tiba saatnya untuk meresmikannya.

Dalam perspektif lain yang masih berkaitan, seorang insinyur handal mungkin masih bisa tetap membuat sebuah bangunan sekalipun rancangan yang diberikan masih berupa sketsa kasar. Tapi hasil jadinya kemungkinan besar tidak akan sama seperti yang diinginkan, sama halnya dengan seorang arsitek kenamaan yang mempercayakan pembangunan rancangan hebatnya pada seorang insinyur yang kurang mahir.

***

Jadi apa hubungannya dengan fotografi?

Photographers, you are both the architect and the engineer of your own works.

Anda, para fotografer, adalah sekaligus arsitek dan insinyur dari karya-karya anda. Sebuah ide cemerlang dari suatu previsualisasi dalam kepala anda yang layaknya diimbangi dengan skill anda untuk menjadikan imaji dalam pikiran anda menjadi kenyataan. Dengan mengambil analogi diatas, jika anda mempunyai konsep dalam pemotretan anda, itu berarti anda tengah "membuat" foto dan bukan hanya sekedar mengambil foto.

Bayangkanlah suatu karya foto anda sebagai sebuah bangunan. Anda yang merancangnya untuk jadi seperti apa yang anda inginkan. Pertimbangkan soal cahaya yang dibutuhkan, apakah available light atau mungkin perlu lampu-lampu kilat studio? Seperti apa latar belakang yang diinginkan, apakah dengan latar belakang yang sedemikian blur dengan bokeh yang menarik? Atau mungkin dengan latar yang tajam untuk menunjukkan detail lokasi dan kegiatan sekitarnya? Lensa yang digunakan? Sudut pemotretan? Antisipasi momen? Dan seterusnya.

Lalu pada saat pemotretannya, anda menjadi "insinyur" bagi karya anda. Konsep, previsualisasi dan pertimbangan-pertimbangan tadi, diramu menjadi sebuah karya yang hasil akhirnya sangat tergantung dari kemampuan anda. Skill. Sesuatu yang harus dilatih terus menerus. Kemampuan yang hanya akan menjadi semakin baik seiring dengan bertambahnya pengalaman anda dalam memotret. Yang tak akan pernah bisa diraih secara instan.

Bagaimana jika anda mempunyai suatu konsep yang mantap namun kemampuan anda belum menunjang? Anda bisa menggunakan konsep itu sebagai target untuk diraih atau sebagai sarana untuk melatih diri anda. Atau anda bisa mendiamkannya dan hanya mengkhayalkan hasil jadinya saja. Meskipun, tentu saja, bila hal terakhir ini yang anda pilih, maka selamanya konsep itu hanya jadi bayangan belaka.

Kebalikannya, mungkin anda mempunyai skill yang bagus tapi lemah di konsep. Disini, kata-kata sang master, Ansel Adams, mungkin bisa menggugah anda:

"There is nothing worse than a sharp image of a fuzzy concept."

Jika anda tidak melatih diri anda untuk mulai berkarya dengan konsep, mungkin hasilnya tetap bagus tapi terlihat hanya seperti mengikuti hasil karya orang lain saja. Be original! Mulailah dari sekarang untuk memiliki kepribadian sendiri yang bisa terlihat dari karya-karya anda.

***

Begitulah, dan sekarang anda bisa melihat mengapa untuk menjadi seorang fotografer tidak sesederhana menekan tombol pelepas rana. Antara menjadi seorang picture taker atau picture maker, manakah yang anda pilih?

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar